Sidang kasus pembunuhan Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J masih berlanjut hingga pekan ke-4 dengan terdakwa Ferdy Sambo cs. Pekan ini sidang lanjutan masih mengagendakan pemeriksaan saksi dan pembacaan putusan sela.
Rabu kemarin, 9 November 2022, dalam sidang dengan terdakwa Ricky Rizal dan Kuat Ma’ruf, Jaksa Penuntut Umum atau JPU menghadirkan 10 saksi. Saksi tersebut mayoritas adalah aide de camp (ADC) atau ajudan serta asisten rumah tangga.
Saksi-saksi ini sebelumnya dihadirkan juga dalam sidang dengan terdakwa Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi, Selasa, 8 November 2022.
Pekan lalu, sejumlah eks ajudan Ferdy Sambo juga telah memberikan kesaksian dalam sidang pemeriksaan saksi dengan terdakwa Bharada Richard Eliezer Pudihang Lumiu atau Bharada E. Ada empat ajudan yang dihadirkan JPU pada Senin, 31 Oktober 2022. Keempatnya yaitu Adzan Romer, Prayogi Iktara, Daden Miftahul Haq, serta Farhan Sabilah.
Fakta Pengakuan Para Ajudan
Berikut beberapa fakta pengakuan ajudan Ferdy Sambo dalam sidang pemeriksaan saksi dua pekan terakhir.
1.Pertaruhkan jabatan dan pangkat, Ferdy Sambo katakan akan bela Bharada E
Daden Miftahul Haq memberikan kesaksian bahwa Sambo mengatakan berjanji akan membela Bharada E usai peristiwa penembakan terhadap Brigadir J dilakukan pada 8 Juli lalu. Hal tersebut, terang Daden, dikatakan Sambo kepada Bharada E sembari merangkul dengan tangan kirinya di garasi rumah dinas Komplek Polri Duren Tiga.
“Yang saya dengar, dia (Ferdy Sambo) megang Richard dan mengatakan ‘Tenang saja, Chad, saya akan membela kamu walaupun pangkat dan jabatan taruhannya’,” ujar Daden di persidangan, Senin, 31 Oktober 2022, dikutip Antara.
2.Ajudan pergoki senjata Ferdy Sambo sempat jatuh
Sebelumnya kejadian penembakan, saat memberikan kesaksian pada sidang 31 Oktober lalu, Adzan Romer mengaku memergoki senjata jenis HS berkaliber 9 mm jatuh dari tangan Sambo. Menurut keterangan Romer, senjata itu bukan berjenis Glock-17. HS 9 mm jatuh usai Ferdy Sambo turun dari mobil yang ia antarkan menuju rumah Duren Tiga.
“Setelah turun, sekitar selangkah, dua langkah senjata jatuh. Saya sebagai ADC mau ambil senjata, pas saya mau ambil sudah keduluan,” katanya.
3.Kesaksian ajudan soal sarung tangan
Romer menyebut Ferdy Sambo memungut senjata HS dengan tangan yang memakai sarung tangan. Senjata itu lalu dimasukkan ke dalam saku celana kanan pakaian dinas lengkap (PDL) yang dikenakannya. Pernyataan itu lantas digali hakim. “Saudara lihat terdakwa memakai sarung tangan. Sarung tangan apa?” tanya hakim.
Romer menjawab melihat Sambo memakai sarung tangan berwarna hitam. Namun, Romer tak tahu persis kapan sarung tangan hitam itu dikenakan Ferdy Sambo. Dia mengatakan Ferdy Sambo belum memakai sarung tangan saat masuk ke mobil.
4.Kesaksian ajudan soal suara tembakan
Selain melihat Sambo mengenakan sarung tangan hitam sebelum masuk ke rumah dinas di Saguling, Romer juga mengakui dirinya mendengar suara tembakan. Namun dia tak tahu suara tembakan itu sengaja diletuskan untuk mengeksekusi nyawa Brigadir J. Dia mengira ada yang menyerang rumah dinas dari arah depan. Kepada majelis hakim, Romer menyebut mendengar tembakan lebih dari sekali. “Saya dengar tiga (kali),” ungkapnya.
5.Ajudan Ferdy Sambo sempat todongkan senjata usai mendengar suara tembakan
Romer pun bergegas masuk ke dalam rumah melawati garasi menuju pintu dapur. Saat berpapasan dengan Sambo yang hendak keluar, Romer mengaku sempat menodongkan senjata yang sudah dikokangnya kepada bosnya itu. “Setelah sampai situ bapak tiba-tiba keluar. Bapak keluar, saya kaget, saya angkat senjata,” ujarnya.
Romer mengatakan Sambo yang dalam keadaan tangan kosong kemudian mengangkat tangan. Sambo berkata bahwa Putri Candrawathi berada di dalam rumah. Bahkan, Romer mengaku sempat disikut Sambo ketika eks Kadiv Propam Polri kembali itu masuk ke dalam rumah. “Kalian tidak bisa jaga Ibu (Putri Candrawathi),” bentak Sambo kepada Romer dengan nada keras.
6.Ajudan sebut draf BAP sudah disiapkan
Romer mengaku mendapat draf Berita Acara Pemeriksaan atau BAP yang sudah disiapkan saat diperiksa oleh penyidik Polres Jakarta Selatan di Gedung Divisi Propam Polri. Untuk itu, dia mengakui ada keterangan yang diberikannya dalam BAP berbeda dengan keterangan yang diberikan dalam kesaksian di persidangan. Salah satu cerita yang telah diskenariokan dalam BAP, kata Romer, adalah dia tidak mendengar bunyi tembakan dari rumah dinas Ferdy Sambo. Dia juga disuruh menandatangani BAP tersebut.
7.Ajudan sebut Brigadir J jenuh jadi ajudan Ferdy Sambo
Dalam sidang pemeriksaan saksi dengan terdakwa Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi, Selasa, 8 November 2022 lalu, Daden bercerita Brigadir J sempat merasa jenuh bekerja sebagai ajudan Ferdy Sambo. Momen itu terjadi tepat dua hari sebelum Brigadir J meregenerasi nyawa. Kala itu, 6 Juli 2022, Daden dan Brigadir J tengah berkendara menggunakan mobil untuk mengambil kue perayaan ulang tahun pernikahan Ferdy Sambo dan Putri, 7 Juli 2022.
“Di perjalanan kita bincang-bincang. Kalau tidak salah seperti ini ‘Lek kau punya rasa jenuh nggak?’. Saya nggak terlalu gubris,” ujar Daden dalam persidangan.
8.Keterangannya yang diberikan berubah-ubah, ajudan akui takut Ferdy Sambo
Romer mengaku keterangannya kerap berubah sebab masih dihantui rasa takut pada atasannya itu. Hal ini disampaikannya usai dicecar JPU sebagai saksi di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Rabu, 9 November 2022. “Apa yang menyebabkan keterangan saudara berubah-ubah?” tanya Jaksa. Romer mengaku awalnya dia takut memberikan kejujuran.
Referensi; https://nasional.tempo.co/read/1655350/8-fakta-pengakuan-para-ajudan-ferdy-sambo-saat-memberikan-kesaksian?page_num=2
Editor;sutikno