Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad kalah telak dalam pemilihan umum Malaysia 2022.
Kekalahan ini pertama kali dirasakan pria yang telah berkiprah di dunia politik selama 53 tahun ini.
Angka KPU Malaysia menunjukkan Mahathir hanya meraih 4.566 suara dan kehilangan depositnya. Dia berada di urutan keempat dalam daftar pemilih, kalah telak dari Mohd Suhaima Abdullah dari Perikatan Nasional (PN) dengan 13.518 dari 25.463 suara.
Apa kemungkinan penyebab kekalahan Mahathir?
1. Penuaan dan kesehatan yang buruk
Usia Mahathir Mohamad tahun ini hampir satu abad, yakni 97 tahun.
Mahathir sering dilaporkan jatuh sakit selama karirnya. Di penghujung tahun 2021, ia bahkan sempat dirawat di rumah sakit selama beberapa hari.
Namun, tidak diketahui mengapa Mahathir dirawat. Mantan Perdana Menteri Malaysia pada 1981 dan 2018 itu sempat mengalami gangguan jantung.
Dia mengalami beberapa serangan jantung dan menjalani operasi bypass.
2. Dia sering memanaskan situasi dengan komentarnya
Mahathir kerap melontarkan komentar yang memicu kontroversi publik.
Salah satu komentarnya yang paling populer adalah tentang Kepulauan Riau dan Singapura.
Dia mengatakan dalam forum Malaya beberapa waktu lalu bahwa Malaysia harus mengklaim Kepulauan Riau dan Singapura
“Kita tidak hanya menuntut kembalinya Pedra Branca atau Pulau Batu Puteh, kita juga harus menuntut Singapura dan Kepulauan Riau karena mereka adalah bagian dari Tanah Melayu [Malaysia],” kata Mahathir, seperti dikutip The Straits Times.
Selain itu, ia juga memicu kontroversi dengan mengakui Malaysia tertinggal jauh dari Indonesia hingga Afrika pada Februari lalu.
“Saya bersedia menerima bahwa dalam hal pembangunan, Malaysia belakangan ini tertinggal dari Indonesia dan Vietnam,” tulis Mahathir di Twitter.
Menurutnya, Malaysia tertinggal dari beberapa negara dalam pembangunan, termasuk Afrika. Sebab, kata dia, Malaysia tidak mau menggunakan teknologi untuk efisiensi dan pemberantasan korupsi.
Selain itu, ia juga melontarkan komentar rasis yang mengidentikkan etnis Tionghoa dengan sumpit. Dia juga mengatakan bahwa Muslim diizinkan untuk membunuh orang Prancis dan mengatakan bahwa Presiden Prancis Emmanuel Macron tidak beradab.
3. Preseden buruk untuk kembali ke tahun 2020
Mahathir memberikan preseden buruk ketika dia mengundurkan diri sebagai perdana menteri pada tahun 2020.
Saat itu, pengumuman pengunduran dirinya sempat membuat heboh. Ia diduga mengundurkan diri karena terkait pembentukan koalisi baru.
Ketika dia kembali mencalonkan diri dalam pemilihan, banyak pengamat yang meragukan kemampuan Mahathir untuk merebut kursi. Karena sebelumnya, ketika dia menjadi Perdana Menteri, dia dianggap membuang-buang waktu.
“Waktu Mahathir sudah habis. Dia mendapat kesempatan kedua dan dia menyia-nyiakannya,” kata analis University of Nottingham Malaysia, Bridget Welsh.
“Peluangnya untuk mencalonkan diri sebagai perdana menteri kali ini sangat tipis.”
4. Diskriminasi
Kebijakan “bumiputera” Mahathir selama masa jabatannya sebagai perdana menteri diketahui telah memecah belah masyarakat Malaysia atas dasar ras.
Profesor studi Asia Universitas Tasmania James Chin mengatakan pemerintahan Mahathir adalah periode ketika komunitas Tionghoa di Malaysia “paling menderita diskriminasi”.
“Ada banyak orang di komunitas Tionghoa yang menyamakan Mahathir dengan masa ketika mereka merasa paling didiskriminasi,” kata Chin seperti dikutip Channel News Asia.
Ia lantas mengklaim kekalahan Mahathir pada pemilu kali ini niscaya akan membuat bahagia etnis Tionghoa di Malaysia.
“Semua kebijakan diskriminatif terhadap non-Melayu diberlakukan pada saat itu. Jadi saya pikir banyak orang Tionghoa akan mengatakan bahwa ini adalah akhir dari sebuah era dan kami senang itu akan terjadi.”
referensi : https://www.cnnindonesia.com/internasional/20221124063703-106-877947/4-alasan-eks-pm-mahathir-mohamad-keok-di-pemilu-malaysia/2
editor : dafit