Indonesia mencatat surplus neraca perdagangan nonmigas dengan China selama dua bulan berturut-turut. Ekspor Indonesia ke Beijing juga meningkat dua kali lipat dibandingkan sebelum pandemi Covid-19.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan ekspor nonmigas Indonesia ke Beijing mencapai US$6,25 miliar sementara impor menembus US$5,2 miliar pada Oktober 2022. Dengan demikian, ada surplus perdagangan nonmigas pada bulan lalu sebesar US$1,045 miliar. .
Nilai ekspor nonmigas ke China meningkat sebesar 1,50% (m/m/mt) dan 5,5% (y/y). Surplus pada Oktober 2022 hampir tiga kali lipat dari yang tercatat pada September 2022, yaitu $462,1 juta.
Defisit/surplus perdagangan non-migas Tiongkok (juta dolar AS)
Sejak berlakunya Perjanjian Perdagangan Bebas ASEAN-China (ACFTA) pada tahun 2004, menjadi sulit untuk mencapai surplus perdagangan non-migas dengan China. Besarnya impor dari negara-negara tirai bambu membuat Indonesia mengalami defisit demi defisit. Sebaliknya, defisit melebihi $18,41 miliar pada tahun 2018 secara keseluruhan.
Dilihat dari data bulanan, Indonesia mencatat surplus dengan Beijing hanya tujuh kali selama 2019-2022. Menariknya, semua surplus terjadi setelah pandemi covid-19.
Perlambatan ekonomi Tiongkok dan kenaikan harga batu bara berperan besar dalam surplus tersebut.
Surplus pertama pascapandemi terjadi pada Oktober 2020. Selama periode itu, Indonesia mencatat surplus dengan China sebesar US$58,6 juta.
Indonesia kembali mencatat surplus perdagangan nonmigas dengan China pada September 2021 dan Oktober 2021 masing-masing sebesar $105,8 juta dan $1,31 miliar pada Oktober 2021.
Tak tanggung-tanggung, ekspor nonmigas Indonesia melonjak 107,2% (y-o-y) dan naik 30,3% (juta metrik ton).
Tahun ini, Indonesia mencatat empat surplus perdagangan nonmigas dengan China. Surplus pertama dicapai pada Maret 2022, ketika mencatat $171,6 juta, dan meningkat menjadi $383,9 juta pada April 2022.
Indonesia kembali mencatatkan rekor impresif dengan membukukan surplus selama dua bulan berturut-turut pada September dan Oktober 2022.
Catatan lain yang mengesankan tahun ini adalah peningkatan ekspor ke negara dengan kerai bambu.
Nilai ekspor nonmigas Indonesia ke Beijing terus meningkat dari US$3,51 miliar pada Januari 2022 menjadi US$6,25 miliar pada Oktober 2022. Nilai ekspor Oktober dua kali lipat dibandingkan periode sebelum Covid-19. Epidemi, yang tercatat 2,8 miliar dolar AS pada Oktober 2019.
Secara keseluruhan, ekspor nonmigas Indonesia ke China Januari-Oktober 2022 sebesar 51,48 miliar dolar AS. Nilai ekspor tersebut melampaui total capaian tahun 2021 sebesar 51,09 miliar dolar AS.
Nilai ekspor nonmigas Indonesia ke China yang menembus US$51 miliar pada periode Januari-Oktober belum pernah tercatat sebelumnya.
Pada periode sebelum pandemi Januari hingga Oktober 2018-2019, nilai ekspor nonmigas ke China hanya sekitar 23 miliar dolar AS. Artinya, nilai ekspor nonmigas ke Beijing pada Januari-Oktober 2022 naik dua kali lipat dibanding sebelum pandemi.
Peningkatan ekspor dan surplus perdagangan nonmigas dengan China tidak lepas dari peningkatan permintaan batu bara, produk sawit, besi dan baja.
Surplus perdagangan nonmigas dengan China pada September 2021 dan Oktober 2021 terbantu dari krisis energi China. Negeri Tirai Bambu itu dilanda krisis energi yang membuatnya meningkatkan impor batu bara dan CPO secara besar-besaran.
Volume impor batu bara China pada Oktober 2021 melonjak 96,2% (y-o-y) menjadi 26,9 juta ton. Impor pada bulan September bahkan lebih besar lagi, mencapai 32,9 juta ton. Indonesia merupakan pemasok terbesar dengan sekitar 62%.
Volume impor produk sawit Indonesia ke China meningkat 27% (secara tahunan) pada Oktober 2021 menjadi 698,8 ribu ton. Kedua komoditas ini akan mengalami kenaikan harga pada tahun 2021 dan 2022 sehingga mendukung nilai ekspor Indonesia.
Berikut 10 besar komoditas ekspor utama Indonesia ke China pada Oktober 2022 dan Januari hingga Oktober 2022 :
1. Bahan bakar mineral (kebanyakan batu bara)
Nilai Ekspor Oktober Capai 1,65 Miliar Dolar AS, Naik 6,11% (YoY)
Nilai ekspor dari Januari hingga Oktober adalah 15,58 miliar dolar AS, naik 53,3%.
2. Besi dan baja
Ekspor Oktober Senilai 1,68 Miliar Dolar AS, Turun 18,4% (YoY)
Nilai ekspor dari Januari hingga Oktober adalah 11,84 miliar dolar AS, meningkat 0,84%.
3. Lemak dan minyak nabati hewani (CPO terbesar)
Nilai ekspor pada Oktober mencapai 914,5 juta dolar AS, naik 23,2% (YoY)
Nilai ekspor dari Januari hingga Oktober adalah 5,41 miliar dolar AS, naik atau turun 1,03%
4. Pulp dan kayu
Nilai ekspor pada Oktober mencapai 217,8 juta dolar AS, naik 11,5% (YoY)
Nilai Ekspor Januari-Oktober $2,32 miliar, naik 5,3%
5. Bijih, terak dan abu
Nilai ekspor pada Oktober mencapai 206,9 juta dolar AS, turun 25,1% (YoY)
Nilai ekspor Januari-Oktober mencapai 2,38 miliar dolar AS, naik 57,8%
6. Tembaga dan barang-barangnya
Nilai ekspor pada Oktober mencapai 190,9 juta dolar AS, naik 22,5% (YoY)
Nilai Ekspor Januari-Oktober 1,88 miliar dolar AS, naik 53,4%
7. Bahan kimia organik
Nilai Ekspor Oktober Capai US$67,1 Juta, Naik 27,1% (YoY)
Januari – Oktober Nilai ekspor 684,7 juta dollar AS atau naik 1,69%
8. Kertas, karton dan barang daripadanya
Ekspor Oktober Senilai US$47 Juta, Turun 28,7% (YoY)
Nilai ekspor Januari-Oktober mencapai 599,6 juta dollar AS atau turun 18,2%
9. Berbagai produk kimia
Nilai Ekspor Oktober Capai USD 37,6 Juta Atau Turun 52,6%
Nilai ekspor Januari-Oktober mencapai 315,2 juta dolar AS atau turun 64,4%
10. Sepatu bot
Nilai ekspor pada Oktober sebesar 23,5 juta dolar AS, turun 23,3% (YoY)
Nilai ekspor dari Januari hingga Oktober adalah 343,1 juta dolar AS, turun 8,6%
Meski Indonesia beberapa kali membukukan surplus tahun ini, Indonesia masih mencatatkan defisit neraca perdagangan nonmigas pada Januari-Oktober 2022 sebesar US$4 miliar dengan China.
Secara historis, neraca perdagangan Indonesia dengan China kerap mencatatkan surplus. Namun, tren tersebut berakhir pada tahun 2007.
Presiden Joko Widodo atau Jokowi optimis pada awal September 2022 Indonesia mampu mencatatkan surplus hingga akhir tahun ini.
“Dari sini terlihat neraca perdagangan kita dengan China selalu defisit, tahun 2014 minus 13 miliar dolar AS, tahun 2021 minus 2,4 miliar dolar AS, tahun ini kita pastikan surplus. dengan China bisa saya jamin, karena kita tidak ekspor bahan baku mentahnya,” kata Jokowi, dalam workshop yang diikuti sekitar 100 ekonom Indonesia, Rabu (7/9/2022).
Sejak diluncurkannya Perjanjian Perdagangan Bebas CFTA pada tahun 2004, surplus Indonesia terus menyusut bahkan mencapai defisit yang dimulai pada tahun 2008. Salah satu Perjanjian Perdagangan Bebas CFTA adalah penghapusan tarif pada 94,6% dari semua lini tarif untuk ekspor dari Indonesia ke Cina.
Kesepakatan tersebut menyebabkan derasnya arus impor dari Negeri Tirai Bambu tersebut. Di antara barang-barang yang diimpor dari China dalam jumlah besar adalah mesin dan peralatan elektronik, pesawat komunikasi, mesin pengolah data otomatis, serta bahan medis dan sanitasi.
Pada tahun 2003 atau sebelum berlakunya ACTFA, ekspor Indonesia ke Beijing sebesar US$5,75 miliar sedangkan impor sebesar US$4,48 miliar. Artinya, Indonesia masih mencatat surplus US$1,17 miliar.
Empat tahun setelah CFTA diberlakukan, Indonesia membukukan defisit sebesar US$3,61 miliar pada tahun 2008. Defisit perdagangan China terus membesar hingga mencapai puncaknya pada tahun 2018, yaitu sebesar US$18,41 miliar pada tahun 2018. Bahkan China telah menyalip Jepang sebagai negara terbesar di Indonesia. kesepakatan dagang. Mitra pada 2018. 2013.
Dalam kondisi normal atau sebelum Covid-19 tahun 2019, ekspor Indonesia ke China sebesar $27,96 miliar sedangkan impornya melebihi $44,93 miliar.
Yakni, impor dari China melonjak 902,9% sementara ekspor melonjak 681,4% sejak Continental Free Trade Agreement (CFTA) diberlakukan selama 16 tahun terakhir.
Defisit menurun pada 2020 menjadi 7,85 miliar dolar AS dan tetap pada 2,46 miliar dolar AS pada 2021. Selain melemahnya ekonomi China akibat Covid-19, defisit menyempit akibat kenaikan ekspor Indonesia ke China.
Ekspor melonjak 20,31% menjadi 53,77 miliar dolar AS pada 2022 dari 31,78 miliar dolar AS. Bahkan nilai perdagangan kedua negara melebihi 100 miliar dolar AS pada tahun 2021 untuk pertama kalinya dalam sejarah.
Referensi : https://www.cnbcindonesia.com/news/20221115154248-4-388195/di-tangan-presiden-jokowi-ri-akhirnya-mampu-taklukkan-china/1
Editor : Dftabdullah